Akibat perbedaan sifat khas yang mencolok antara keduanyandi masyarakat, maka sang kakak ditakuti dan lama-kelamaan sukar mendapat pengaruh dan dukungan; sebaliknya, Konimpis yang ramah dan sopan sangat disegani. Melihat situasi itu, timbullah rasa iri sang kakak, dan ia bermaksud untuk menghabisi adiknya. Segala upaya dan tipu daya diaturnya.
Pada suatu tempat yang menurut Lipan adalah tempat lalu-lalang Konimpis, di sanalah Lipan menunggu kesempatan terbaiknya membunuh Konimpis, adiknya. Lipan bersembunyi dalam sebuah lubang pohon akel/ seho (enau) yang roboh. Tak berapa lama kemudian, Konimpis datang dalam keadaan lelah dan terengah-engah. Ia pun beristirahat di pohon akel, tempat persembunyian kakaknya. Tak sadar, batang pohon itu dipukul-pukul oleh Konimpis. Lipan yang bersembunyi di dalamnya terkejut dan malu, mengira bahwa Konimpis telah mengetahui rencananya. Ia pun keluar. Di tempat itu mereka bertengkar dan akhirnya mengangkat sumpah bahwa mulai saat itu mereka tidak bersaudara lagi, bahkan siap angkat perang “Taar-era”.
Tempat kakak-beradik itu mengangkat sumpah terletak di puncak pegunungan sekitar 200 meter sebelah barat desa Rumoong Atas sekarang. “Taar-era” lama kelamaan menjadi Tareran.”
Pembuktian menunjuk bahwa Lipan dan Konimpis pernah hidup disana, dimana jembatan Tuunan sekarang (kuala memeak) ada tempat penyeberangan Lipan tanpa jembatan atau titian, yang dikenal dengan sebutan “kopat i Lipan” (langkah lompat Lipan). Begitu pula ada pengikut Konimpis yang sudah mulai singgah di sana, yaitu dua orang wanita yang bernama Mawole dan Manimporok. Kedua perempuan itu berteduh di bawah sebuah pohon besar nan rindang yang bernama pohon Lowian (sejenis pohon beringin). Kemudian datanglah tiga orang lelaki yang masing-masing mempunyai kesaktian:
Sage(seke'): Tonaas yang punya keahlian memasang patok. Sebab saat itu tidak sembarang orang yang bisa memasak patok.
Palandi(pisek): Tonaas yang ahli memanggil burung (sumoring). Dengan cara meniru suara burung tertentu(soring), burung tersebut akan datang untuk menyampaikan bunyi. Bunyi tiap jenis burung dipercaya mempunyai arti tertentu.
Mamarimbing( ma'abe): Tonaas yang punya keahlian membaca/ memeriksa bunyi burung dan tahu apa artinya. Burung yang bisanya memberi tanda adalah burung Wara. Jenis burung Wara malam disebut Manguni. Sedangkan wara siang disebut wara inen do. Ada juga burung lainnya seperti: Titicak (burung Sri gunting), Tangka lio-liowan (burung kuning) dan lain-lain. Tonaas Mamarimbing tahu arti dari bunyi burung-burung tersebut.
Setelah mereka mendengar bunyi burung dan punya arti baik, maka Tonaas Sage memasang patok di bagian barat pohon Lowian. Itulah sebabnya pemukiman di sekitar pohon tersebut dinamakanLowian (nama sebelum menjadi Rumoong Atas). Tapi berhubung pohon Lowian yang sangat rindang itu sulit ditembus cahaya matahari, maka mereka memindahkan patok sekaligus tempat perteduhannya di sebelah timur guna mendapat cahaya matahari. Mereka menyebut tempat itu“Sendangan”, yaitu bagian barat desa Lansot yang berbatasan dengan desa Rumoong Atas sekarang. Tempat itu tetap disebut “Sendangan” sampai tahun 1950-an. Bersamaan pada waktu itu datanglah orang lain yang ingin menetap di bawah pohon Lowian. Mereka dipimpin dotu Moutang, sekitar + tahun 1625. Dotu inilah yang dipandang sebagai dotu desa Rumoong Atas.
Perubahan Nama Lowian Menjadi Rumoong Atas
Penghuni pemukiman yang dinamakan Lowian merupakan perpaduan penduduk yang datang lebih dahulu dari penduduk yang diperkirakan berasal dari jurusan Langowan, dengan rombongan dotu Moutang dari arah barat sekitar tahun 1625, yang semakin bertambah banyak. Orang yang datang bertambah banyak pada suatu tempat yang sudah didiami orang disebut “Rumoang”. Di sebelah timur sudah ada pemukiman yang disebut “Lansot”, yang ditempati sejak tahun 1560. Nama baru desa Lowian secara resmi diubah sebutannya menjadi “Rumoang”.
Pada masa pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 sampai 1945, pada papan nama desa tertulis “Rumoon”. Lama-kelamaan menjadi Rumoong. Nama “Rumoong” pada saat itu sudah ada dua, yaitu Rumoong yang ada di wilayah Tombasian atau Kecamatan Tombasian dan Rumoong yang sebelumnya disebut Lowian. Maka untuk membedakan keduanya, Rumoong yang dulunya Lowian kemudian disebut “Rumoong Atas”. Sengaja disebut demikian karena tempat yang dulunya Lowian berada di pegunungan, sedangkan Rumoong yang satunya yang berada di pesisir pantai di sebut “Rumoong Bawah”.
Rumoong Atas secara resmi menjadi desa tahun 1840.
Post a Comment
thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.