RSS

Contoh Makalah STIEPAR MANADO berjudul Pembangunan Ekonomi di Bidang Pariwisata Manado



 PAPER
EKONOMI PEMBANGUNAN & INTERNATIONAL

Berkenaan adik saya kuliah di STIEPAR MANADO,. maka berikut ini postingan tentang Makalah yang berjudul Pembangunan Ekonomi di Bidang Pariwisata,. cekidot:
                                                Judul:
" Pembangunan Ekonomi Di Bidang Pariwisata Di Manado "

Dosen Mata Kuliah:
Sir Youce

Di
S
U
S
U
N
OLEH
-        DEWI ROSSADI
-        PRASETYO BACHRUN
-        MISYE DAMIMA
-        GERY PERSULESI

SEKOLAH  TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA MANADO
2011

Daftar Isi
Daftar Isi
BAB I  PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
                  A.Ekonomi Pembangunan & International
                  B.Pembangunan Ekonomi Di bidang Pariwisata Di Manado
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu Negara, tanpa terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara.
Seiring dengan hal di atas, menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama seperti berikut ini: (1)Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international. (2)Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. (3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinnasi. (5)Penghasil devisa. (6)Pemicu perdagangan international. (7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8)Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.
Dari sisi kepentingan nasional, Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005) dalam Sapta (2011:1) menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan pada dasarnya ditujukan untuk beberapa tujuan pokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Pariwisata dianggap mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Dampak yang diharapkan, dengan banyaknya warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.
b) Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation): Pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah diharpkan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harapannya adalah bahwa pariwisata harusnya mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
c) Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development): Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan dan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Artinya penggunaan sumberdaya yang habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika dilihat dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah untuk dikelola dalam waktu yang relative lama.
d) Pelestarian Budaya (Culture Preservation): Pembangunan kepariwisataan diharapkan mampu berkontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara ataudaerah. UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan diberbagai daerah.
e) Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia: Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid holidays.
f) Peningkatan Ekonomi dan Industri: Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa..
g) Pengembangan Teknologi: Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya. Dengan demikian pembangunan kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat fundamental. Kepariwisataanakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sedangkan dari sisi kepentingan Internasional,Pariwisata internasional pada tahun 2004 mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$ 623 miliar. Kondisi tersebut meningkat 11% dari jumlah perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta orang dengan jumlah pengeluaran US$ 524 miliar. Seiring dengan hal tersebut, diperkirakan jumlah perjalanan wisata dunia di tahun 2020 akan menembus angka 1,6 miliar orang per tahun (UN-WTO, 2005)

Pada sisi yang berbeda, walaupun pariwisata telah diakui sebagai faktor penting stimulator penggerak perekonomian di beberapa negara di dunia, namun pariwisata juga menyembunyikan beberapa hal yang jarang diungkap dan dihitung sehingga sangat sulit untuk ditelusuri perannya atau kerugiannya.Beberapa biaya tersembunyi atau hidden cost diantaranya adalah:  industri pariwisata bertumbuh dalam mekanisme pasar bebas sehingga seringkali destinasi pada negara berkembang hanya menjadi obyek saja, hal lainnya pengembangan pariwisata memang telah dapat menigkatkan kualitas pembangunan pada suatu destinasi namun akibat lainnya seperti peningkatan harga-harga pada sebuah destinasi terkadang kurang mendapat perhatian dan korbannya adalah penduduk lokal,  dan banyak hal akan di ungkap dalam paper ini.

BAB II
PEMBAHASAN
Mengukur manfaat dan kerugian pembangunan pariwisata pada beberapa negara saat ini, masih menjadi perdebatan diantara para ahli ekonomi khususnya yang telah melakukan riset dan evalusi terhadap ekonomi pariwisata. Beberapa pandangan para fakar mewarnai pembahasan paper ini dari sudut pandangan yang berbeda-beda.
“Frechtling (1987a) considers alternative methods of collecting data about expenditure by tourists and the shortcomings of these. He also reviews methods such as impact multipliers and input-output analysis used to measure the economic impacts generated by tourism expenditure”

Frechtling (1987), menyatakan bahwa untuk mengukur manfaat pariwisata bagi perekonomian suatu Negara harus tersedia data yang cukup lengkap, Dia menawarkan metode alternative khususnya berhubungan dengan metode pengumpulan data tentang pengeluaran   wisatawan di saat yang akan datang, dan dia juga mereview beberapa metode yang telah digunakan oleh para ahli sebelumnya, dengan menggunakan impact multipliers dan input-output analysis untuk mengukur pengeluaran sector pariwisata.
“Impact analysis can be extended to other dimensions as summarised by Archer and Cooper (1994) including social cost-benefit analysis”

Sementara Archer dan Cooper (1994), berpendapat bahwa: penelusuran tentang manfaat dan dampak pariwisata terhadap ekonomi harus menyertakan variabel sosial yang tidak pernah dihitung oleh fakar lainnya, dan social cost-benefit analysis mestinya digunakan. Menurutnya, untuk mengukur manfaat dan dampak pariwisata tidak sekedar menghitung dampak ekonomi hanya dengan mencari multiplier efeknya saja.
“Sinclair and Sutcliffe (1988) discuss the complexities of estimating Keynesian income multipliers for tourism at the sub-national level”

Sedangkan, Sinclair dan Sutcliffe (1988), menjelaskan bahwa pengukuran multiplier income untuk sektor pariwisata pada tingkat sub nasional memerlukan pemikiran dan data yang lebih kompleks disebabkan sering terjadinya “leakages” kebocoran sehingga analisis ini sebaiknya dilakukan pada tingkat local regional tertentu dan leakages inilah yang mestinya harus diukur dan dibandingkan dengan manfaat yang  diharapkan.
“Heng and Low (1990) illustrates well the type of practical use which can be made of input-output analysis in considering the impact of tourism

Lebih tegas, Heng dan Low (1990) pada tataran praktis, mereka menjelaskan bahwa untuk mengukur dampak pariwisata akan lebih baik menggunakan analisis input-output.
“Johnson and Moore (1993) concentrate on measuring the economic impact of a particular tourist activity and tourism resource”

Tapi, Johnson dan Moore (1993) justru menitikberatkan bahwa pengukuran dampak ekonomi pariwisata akan lebih tepat dilakukan focus pada aktifitas wisata tertentu yang sedang berkembang pesat dan sumberdaya pariwisata yang dipergunakannya serta segala dampak-dampaknya.

“West (1993) uses a Social Accounting Matrix (SAM) to overcome the first problem and an integrated model to allow for changes in the relationship with the passage of time”
Sementara West (1993) menawarkan SAM atau social accounting matrix untuk memecahkan masalah pariwisata yang saling berhubungan dari waktu ke waktu. Dia mengganggap bahwa analisis input-output dianggap belum mampu memecahkan persoalan dampak pariwisata karena hanya mengukur hubungan produser dengan produser dan tidak menyertakan perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor publik lainnya.
“Harris and Harris (1994) argue that “the study of tourism at the macro level (nation, State, region) is hindered by the absence of any standard industry classification for this kind of activity”
Dan akhirnya, Harris dan Harris (1994) mengkritisi bahwa analisis terhadap dampak pariwisata yang telah dilakukan saat ini pada tingkat nasional, dan regional cenderung mengabaikan ketiadaan standar klasifikasi industri untuk tiap aktifitas pada industri pariwisata padahal standarisasi pada industri pariwisata ini membawa konsekuensi tersendiri terhadap biaya tambahan “others cost” baik bagi pelaku industri pariwisata dan masyarakat lokal itu sendiri.

a) Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian
Positive Economic Impacts of Tourism
  1. 1. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata. Tercatat juga bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima besar pendapatan mereka, 38% pendapatannya adalah berasal dari “Foreign Exchange Earnings” perdagangan valuta asing.
“New Delhi, Feb 26 : Highlighting the tremendous growth potential offered by the tourism sector, the Economic Survey 2010-11 has said the country’s foreign exchang eearnings (FEE) from tourist arrivals grew by 24.56 percent in 2010 at 14,193 million dolllars as compared to 11,394 dollars million in 2009”

Sebagai contoh, bahwa pariwisata mampu menyumbangkan pendapatan untuk Negara India, berdasarkan hasil survey ekonomi India pada tahun 2010-11, bahwa akibat kedatangan wisatawan asing ke India pada tahun 2010 terjadi peningkatan pendapatan dari perdangan Valas sebesar 34,56% atau sebesar 14,193 Juta US Dolar meningkat jika dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 11,394 Juta US Dolar.
“Latest statistics from National Tourism Administration show that China’s foreign-exchange earnings from tourism exceeded US$5.1 billion in the first four months this year, an increase of 18.7 percent over the same period last year, 2010”

Sementara pemerintah China mencapat bahwa sumbangan pariwisata  akibat perdagangan Valas  telah mencapai 5,1 Juta US Dolar untuk kurun waktu hanya empat bulan saja pada tahun 2010.

Dari kedua contoh tersebut sudah dianggap cukup menguatkan pendapat bahwa pembangunan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu Negara khususnya dari aktifitas perdagangan valuta asing.


  1. 2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998.
“According to the study, tourism generated $19.7 billion of revenue for all three levels of government combined in Canada in 2007. Spending by Canadians accounted for three out of every four dollars taken in, while one in four dollars came from international visitors to Canada”

Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada.
“Tourism  makes  significant  direct  contributions  to  Government  revenues  through  the  sale  of  tickets  to  the Angkor  Complex  ($US  1.2 million),  visa  fees  ($US  3 million),  and  departure  taxes  at the  airports”

Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara langsung dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah melalui aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan aktifitas  taksi dan aktifitas pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik.

  1. 3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
“Tourism employment is a measure of employment in tourism and non-tourism industries. It is based on an estimate of jobs rather than “hours of work”. Thus, someone who works 10 hours a week counts for as much, by this measure, as someone who works 50 hours a week”. (Government Revenue Attributable to Tourism, 2007)

Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata.  Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
“Tourism Industry employs     large number of people and provides a wide range of jobs which extend from the unskilled to the highly specialises. Tourism is also responsible for creating employment outside the industry such as furnishing and equipment industry, souvenir industry, textile and handicraft industry, farming and    food supply and also construction industry”

Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India menunjukkan bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan, yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran.

Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi  di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua Negara pada table di atas.

  1. 4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya tarik wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable” akhirnya akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata “Amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapa dilakukan secara mandiri ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local  akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya.
  1. 5. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata.  Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena  tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu kawasan.  Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.
Sebagai contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah “PDRB” sangat besar bahkan telah mengungguli sector pertanian yang pada tahun-tahun sebelumnya 

Pengembangan Pariwisata Dan Peran Organisasi Kepariwisataan Kota Manado
Pakar bahasa Indonesia – J. S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memberikan pengertian tentang pengembangan, yaitu hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan pemahaman mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik.
Ada 2 (dua) pedoman umum untuk suatu organisasi pariwisata yang baik. Yaitu, pertama harus terjalinnya kerjasama dan kedua adanya koordinasi diantara : 1) Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasional, provinsi dan lokal. 2) Para pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata seperti usaha perjalanan, usaha penginapan, usaha angkutan, usaha rekreasi dan sektor hiburan, lembaga keuangan pariwisata, usaha cinderamata, dan pedagang umum. 3) Organisasi yang tidak mencari untung yang erat kaitannya dengan pariwisata (misalnya klub-klub wisata dan klub mobil). Dan 4) Asosiasi profesi dalam pariwisata.
Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu obyek wisata atau destination, harus meliputi 5 (lima) unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya, maka
obyek wisata harus meliputi :
1. Attractions
Merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :
a) Keindahan alam.
b) Iklim dan cuaca.
c) Kebudayaan.
d) Sejarah.
e) Ethnicity-sifat kesukuan.
f) Accessibility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.
2. Facility
Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti
fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.
3. Infrastructure
Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata adalah :
a) Sistem pengairan/air
Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan.
Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per
kamar per hari.
b) Sumber listrik dan energi
Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energy yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan terus menerus.
c) Jaringan komunikasi
Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa yang penuh dengan ketegangan, namun ada juga sebagian yang masih membutuhkan jasa-jasa telepon dan/atau telgram yang tersedia.
d) Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air
Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90 % dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus didesain berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.
e) Jasa-jasa kesehatan
Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-faktor geografis lokal.
f) Jalan-jalan/jalan raya
Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi wisatawan :
- Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta.
- Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan.
- Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah.
- Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai dengan keadaan tanah.
- Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada pemandangan yang indah.
 4. Transportation
Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk :
a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.
b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.
c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandar udara.
d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.
e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.
f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.
g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal.
h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing.
Dalam melakukan pengembangan pariwisata Kota Manado, tentu tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan. Dalam tulisan ini yang dimaksudkan atau di titik beratkan yakni pada organisasi kepariwisataan pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Manado yang mempunyai tugas dan wewenang serta kewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan aset daerah yang berupa obyek-obyek wisata.
Sebagaimana suatu organisasi yang diberi wewenang dalam pengembangan pariwisata diwilayahnya, maka ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya adalah :
1. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung ke daerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.
2. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga,
instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.
3. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.
4. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.
5. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan pemasaran pariwisata, sehingga dapat diatur strategi pemasaran keseluruh wilayah.
6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. (Yoeti, 1997: 48).
Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan pemerintah – Disparbud Kota Manado merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata Kota Manado.
Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjanglainnya, karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.

Peranan Obyek Wisata Dalam Kepariwisataan Kota Manado

 
Obyek-Obyek Wisata Kota Manado
Pemahaman Peranan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari kata peran. Peran memiliki makna, yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang di miliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah di tarik suatu kesimpulan bahwa yang di maksud dengan Peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan dari :
1. Obyeknya sudah ada akan tetapi masih belum sempurna maka akan dijadikan sempurna, atau yang sedikit dijadikan menjadi banyak, diluaskan atau di perindah.
2. Obyeknya sudah sempurna di pelihara terus menerus untuk diwariskan pada generasi yang akan datang.
Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong akan kehadiran wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Sedangkan Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam  perjalanannya   di daerah  tujuan wisata, seperti : jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan hal ini termasuk ke dalam prasarana umum. Sarana wisata merupakan kelengkapan untuk suatu daerah tujuan wisata yang diperlukan dalam melayani kebutuhan wisatawan agar dia dapat menikmati akan perjalanan wisatanya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1, dijelaskan bahwa pengertian Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan pengertian Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
Pada awalnya telah dijelaskan tentang pengertian peranan, yaitu suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan berbagai cara sehingga dapat menjadi keadaan yang lebih baik dari semula atau dijadikan banyak, diluaskan, diperindah atau dipelihara keadaan obyek tetap lestari.
Berdasarkan pemahaman seperti tersebut diatas, maka yang di maksud dengan Peranan Obyek Wisata Dalam Kepariwisataan Kota Manado, adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk memelihara, mengembangkan, meluaskan, memperindah, menambah fasilitas yang ada di obyek-obyek wisata, dengan tujuan untuk menarik minat wisatawan baik wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman) agar dapat datang berkunjung guna menikmati obyek-obyek wisata yang dimiliki oleh Kota Manado.
Sebelum para wisatawan datang mengunjungi obyek-obyek wisata di Kota Manado, maka biasanya mereka perlu mengetahui terlebih dahulu tentang keadaan suatu obyek wisata yang akan dikunjunginya, seperti :
1. Fasilitas transportasi yang akan membawa para wisatawan dari dan daerah tujuan wisata yang ingin dikunjungi.
2. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara dari para wisatawan di daerah tujuan wisata yang di kunjungi.
3. Fasilitas tempat makan dan minum yang lengkap dan sesuai dengan selera para wisatawan.
4. Atraksi dan hiburan wisata yang ada di daerah tujuan wisata yang akan dilihat para wisatawan.
5. Aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan oleh para wisatawan di tempat yang akan di kunjungi.
6. Fasilitas perbelanjaan sebagai tempat membeli cenderamata untuk dibawa pulang oleh para wisatawan.
Guna menarik para wisatawan agar dapat tertarik sehingga mau datang untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di Kota Manado, maka hal-hal yang perlu dilakukan serta dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat adalah :
1. Obyek-Obyek Wisata
Dalam kedudukannya yang sangat menentukan bagi pembangunan pariwisata Kota Manado, maka obyek-obyek wisata yang ada harus di rancang dan di bangun atau di kelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Membangun suatu obyek wisata harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut, yang pada umumnya berdasarkan pada :
a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.
b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat keanehan dan langka.
d. Adanya keindahan alam seperti pegunungan, hutan, kepulauan, laut, pantai, pasir, sungai, air tawar, dan sebagainya.
e. Adanya budaya yang mempunyai daya tarik tinggi serta memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau, dan sejenisnya.
2. Prasarana Dan Sarana Wisata.
Agar supaya adanya kesiapan dari obyek-obyek wisata di Kota Manado yang bakal di kunjungi oleh para wisatawan, maka prasarana wisata perlu di bangun dan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek-obyek wisata yang bersangkutan.
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi, tentunya akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan prasarana wisata, maka kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan, seperti : bank dan tempat penukaran uang, rumah sakit dan apotik, penyewaan kendaraan dan pom bensin, pusat perbelanjaan modern dan tradisional dan lain-lain yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.
Dalam pembangunan prasarana wisata maka pihak Pemerintah Kota Manado yang harus lebih dominan dari pada stakeholder lainnya, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja akan berdampak pada peningkatan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar lokasi obyek-obyek wisata.
Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjuk pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan para wisatawan yang memperoleh pelayanan.
Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata, maka telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata di Kota Manado tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.
3. Promosi Pariwisata
Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko serendah-rendahnya. Dalam kegiatan pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi sangat diperlukan untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.
Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, karena tujuan kegiatan promosi adalah :
a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar.
b. Untuk meningkatkan penjualan.
c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan perusahan tersebut.
d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa terhadap saingan.
Bila dikaitkan dengan kepariwisataan Kota Manado, maka yang menjadi sasaran promosinya adalah obyek-obyek wisata, yaitu dengan cara memaparkan keadaan daya tarik dari obyek-obyek wisata yang ada serta sarana dan prasarana yang telah tersedia sehingga menimbulkan keinginan dari para calon wisatawan untuk datang berkunjung.
Tujuan utama dilakukannya promosi pariwisata Kota Manado baik didalam negeri maupun luar negeri, adalah :
a. Agar masyarakat mengetahui bahwa di Kota Manado terdapat obyek-obyek wisata  yang layak dan baik untuk di kunjungi.
b. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan ke Kota Manado.
c. Untuk menunjukkan kepada para calon wisatawan tentang keadan obyek-obyek wisata Kota Manado yang mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan obyek-obyek wisata lainnya di Indonesia.
d. Untuk meningkatkan perekonomian dan sumber pendapatan bagi masyarakat Kota Manado terutama yang ada berada di sekitar lokasi  obyek-obyek wisata.
4. Pelayananan Terhadap Wisatawan
Pelayanan berasal dari kata Pelayan yang artinya orang yang pekerjaannya melayani orang lain. Dari kutipan di atas, bila dikaitkan dengan pengertian pelayanan terhadap wisatawan, maka pemahamannya adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan orang untuk membantu atau melayani kepentingan wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau keinginan wisatawan.
Dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan di obyek-obyek wisata Kota Manado, yaitu yang terpenting :
a. Masyarakat dan seseorang harus memiliki sikap, sifat, dan perilaku yang ramah tamah dalam menerima wisatawan.
b. Berlaku jujur dan bertanggung jawab melayani wisatawan, terutama dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di obyek wisata.
c. Kesediaan masyarakat secara tulus membantu wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya di obyek wisata.
d. Menciptakan ketenangan dan rasa aman terhadap wisatawan, baik bagi dirinya maupun harta bendanya.
Demikianlah kiranya gambaran peranan obyek wisata dalam kepariwisataan Kota Manado guna terciptanya citra pariwisata menuju pada terwujudnya peningkatan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.-

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pariwisata secara nyata berpengaruh positif terhadap perekonomian pada sebuah negara atau destinasi seperti (1)pendapatan devisa dan pemicu investasi “foreign exchange earnings”, (2)pendapatan untuk pemerintah “contributions to government revenues”, (3)penyediaan dan penciptaan lahan pekerjaan “employment generation”, (4)pembangunan dan perbaikan infrastruktur baik untuk host maupun tourist “infrastructure development”, (5)pemicu pembangunan perekonomian lokal “development of local economies”.
Namun pariwisata masih sangat disesalkan pula karena pariwisata juga menyisakan beberapa masalah seperti (1) terjadi kebocoran terhadap neraca perdagangan “leakage”, (2)usaha tanpa manfaat “enclave”, (3)biaya tersembunyi “hidden cost” khususnya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam, serta degradasi budaya dan sosial, (4)ketergantungan terhadap sector pariwisata “depence” padahal sector ini sangat rentan terhadap krisis politik, ekonomi dunia, bencana alam dan sejenisnya, (5)pemicu peningkatan harga-harga yang tidak dikehendaki oleh masyarakat local “inflasi”, (6)ketidak pastian penghasilan dan pekerjaan bagi sebagian besar pekerja pariwisata “seasonal uncertenty”
Sebaiknya dalam setiap perencanaan pembangunan pariwisata harusnya menyertakan variable-variabel non ekonomi, baik yang tangible maupun intangible, dan dapat dievalusi setiap saat untuk mengurangi dampak negative dengan menerapkan konsep “Managing Service Quality” one island in one management destination.
Daftar Pustaka

  •  Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009
  •  Tourism Highlight 2005, UN-WTO, Madrid
  •  Economic Impact of Tourism in Global Context
  •  Positive Economic Impacts of Tourism
  • Negative Economic Impacts of Tourism
  • Distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Provinsi Bali
  • Sektor Usaha Pariwisata meliputi: Perdag., hotel & restoran





0 Responses to "Contoh Makalah STIEPAR MANADO berjudul Pembangunan Ekonomi di Bidang Pariwisata Manado"

Post a Comment

thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.

 
Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors