RSS

Sejarah Desa Tondei



sob, dikesempatan kali ini penulis mencoba menulis sejarah desa Tondei. ini karena banyaknya teman2 penulis yang dikenalnya di FBS Unima yang berasal dari Desa TOndei. okaylah kalo begitu, inilah kisah desa Tondei:
   Berdasarkan penuturan orang-orang tua daerah yang pernah didiami oleh orang-orang Raanan dahulu di lembah antara gunung Lolombulan dan Sinonsayang itu amat subur dan sangat baik bagi pertanian. Ceritera tentang kesuburan tanah, banyaknya hewan  buruan dan lain-lain tersebar luas pada akhir abad ke 19 ke desa-desa Raanan Lama, Raanan Baru, Motoling  dan Wanga. Ini yang menyebabkan mereka bersepakat untuk mencari dan menyelidiki daerah Mawale yang merupakan bekas perkampungan orang-orang Raanan. 
Kira-kira  pada tahun 1903 rombongan pertama di bawah pimpinan tokoh-tokoh perintis seperti Tonaas Daniel Muntu-untu dari Motoling dan Jusof Wongkar dari Raanan Lama menemukan daerah itu dan hasil penyelidikan sangat memuaskan. Usaha mencari tempat itu disebut TUMONDEI. Dalam bahasa Tontemboan Tumondei artinya  mencari kembali bekas perkampungan Mawale.Hasil penyelidikan disebarkan kedesa desa tersebut diatas  . Sejak tahun 1903 rombongan demi rombongan berangkat kedaerah mawale, merombak hutan dan membuka perladangan untuk ditanami padi dan jagung. Karena sistem bertani berpindah pindah maka areal yang dibuka menjadi luas sekali, sebelah utara sampai di sungai rano dua, sebelah selatan sampai sungai neang sebelah barat sampai sungai kokitong sebelah timur sampai ke perbukitan kantil. Bila panen tiba, maka hasil pertanian dibawa pulang ke desa desa mereka, namun hal ini menimbulkan kesulitan. Jalan untuk kendaraan roda sapi belum ada dan muatan hanya dimuat diatas punggung kuda. Keadaan ini mendorong para petani untuk menetap dan mendirikan suatu perkampungan baru. Pada tahun 1906 dalam musim sorob wangko atau kemarau panjang dalam bulan agustus, sebelum membuka perladangan padi, para tonaas memutuskan akan membuka perkampungan baru melalui suatu upacara keagamaan . Tempat yang dipilih untuk meletakkan dasar pembanguna perkampungan jaraknya kurang lebih  700 meter sebelah timur mawale, Kira kira sebelah selatan /belakang gereja GMIM Imanuel Tondei sekarang. Walaupun pendiri desa Tondei sudah beragama kristen , namun mereka belum meninggalkan kebiasaan kebiasaan nenek moyang. Mereka merasa perlu menayakan pada opo opo apakah orang orang yang akan mendiami perkampungan yang didirikan itu boleh hidup makmur dan sejahtera. Opo opo akan menjawabnya melalui isyarat burung manguni . Bunyi burung yang akan terdengar sebagai jawaban yaitu membenarkan atau menolak/melarang.Diperlukan sembilan kali jawaban dari burung manguni secara berturut turut untuk jawaban setuju.
Jalannya upacara sebagai berikut : 

Tonaas meniup semacam suling yang dikenal dengan nama sumoring . Melalui isyarat bunyi sumoring ini menanyakan kepada opo opo  apakah  tempat ini baik untuk dijadikan pemukiman atau kampung.  Pada sumoring pertama jawaban opo opo melalui bunyi burung manguni membenarkan. mendengar jawaban setuju, tonaas mematahkan sebagian lidi enau yang kering , kemudian patahan yang kecil itu dimasukkan kesebuah periuk yang telah disediakan.sembilan kali tonaas meniupkan suling atau sumoring , sembilan kali jawaban setuju dari opo opo. sembilan patahan lidi juga dimasukkan ke periuk. Sembilan patahan itu disebut siow lentuk. Setelah diperoleh sembilan jawaban dari opo opo maka diumumkanlah oleh tonaas bahwa opo opo setuju tempat itu didirikan sebuah kampung untuk didiami. Periuk yang berisi siow lentuk dimasukkan dalam sebuah lobang , kemudian ditimbuni  menjadi dasar pertama pembangunan perkampungan. 
Pada mulanya orang menamai kampung itu “Tinondeian” yang artinya “dicari kembali” dan pada tahun 1908, tatkala tempat ini diakui sebagai dusun di bawah pemerintahan desa Raanan Baru namanya disingkat menjadi desa Tondei
Sebagai wakil Hukum Tua ditunjuklah  seorang pendiri perkampungan ini, yakni Jusof Wongkar yang berasal dari Raanan Lama dengan panggilan “Perewis”. Dialah yang menjalankan pemerintahan sehari-hari atas nama Hukum Tua Raanan Baru .

Pada bulan November 1913, tanggalnya tidak diketahui dengan pasti, perkampungan itu diresmikan sebagai satu desa yang berdiri sendiri lepas dari pemerintahan desa Raanan Baru. Desa Tondei dapat memilih Hukum Tuanya sendiri. Kira-kira dalam tahun 1915 diadakanlah pemilihan Hukum Tua dan terpilih sebagai Hukum Tua pertama ialah bapak Demas Kawengian. Penduduk waktu itu kurang lebih 1000 jiwa dengan jumlah jaga tiga. Sesudah perang deunia II datanglah menetap di Tondei beberapa keluarga dari Seretan dan Langoan.
sumber :ny. bujung moningka. diambil dari kemawaruang.blogspot.com




0 Responses to "Sejarah Desa Tondei"

Post a Comment

thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.

 
Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors