Sejarah singkat Kota Bitung Sulawesi Utara. Kota bitung merupakan suatu kota di Ujung utara dari Propinsi Sulawesi Utara. Kota yang biasa disebut Kota Pelabuhan ini ternyata memiliki sejarah yang cukup unik. berikut ini penulis menyajikan sejarah singkat Kota Bitung:
Nama Kota Bitung sebenarnya berasal dari sebuah nama pohon, yaitu Pohon Bitung atau Witung.
Buah Pohon Bitung yang memulai sejarah Kota Bitung.
Sejarah ini bermula ketika Daerah Bitung yang dulunya banyak ditumbuhi oleh Pohon Bitung ini banyak digunakan oleh nelayan untuk berlabuh, singgah setelah melaut ataupun berlindung dari hantaman gelombang. maklum letak Kota Bitung sangat strategis dimana dilindungi oleh pulau lembeh sehingga gelombang yang menghantam tidak terlalu besar.
Pada suatu ketika Simon Tudus yang merupakan seorang Nelayan sedang membangun sebuah gubuk/ sabuah tempat persinggahannya dari Laut. diperhatikannya bahwa daerah dimana gubuknya dibangun banyak terdapat Pohon Bitung yang tumbuh subur dimana2. setelah selesai membangun Sabuahnya si Tunduang Wanua Bitung ini merenung di tepi pantai dan memperhatikan segala aktifitas nelayan yang hilir mudik singgah dan melaut kembali. setelah disadarinya bahwa tempat ini (Pos 1 pelabuhan Bitung sekarang) merupakan tempat yang paling banyak disinggahi oleh para nelayan dari sekitaran Tonsea, Sangihe, Talaud, Minahasa, hingga Maluku. Dan setiap nelayan yang ingin singgah berlindung dari laut dan menanyakan daerah apa ini, maka dia akan menjawabnya dengan lantang bahwa ini merupakan daerah Bitung.
waktu terus berganti, Nelayanpun semakin banyak yang hilir mudik dan berganti. Daerah yang dulunya bermakna Pohon lama kelamaan telah bergeser maknanya menjadi tempat persinggahan Nelayan atau Wilayah yang tumbuh banyak pohon Bitung dan dinamakan Daerah Bitung.
informasi penting lainnya bahwa daerah Bitung diakui oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 1 Januari 1918, akan tetapi disahkannya Kota Bitung sebagai suatu negeri oleh Pemerintah Belanda setelah 10 tahun kemudian tepatnya tanggal 1 Januari 1928.
Informasi Lainnya yang berkaitan dengan Sejarah Kota Bitung adalah:
- Berdasarkan Kamus Sangirees-Nederlands Woordenboek yang diedit oleh Mr. K.G.F. Stellen dan Drs. W.Aerbersold dari penulis N. Adrian, 1893, cetakan terakhir tahun 1959, kata Bitung adalah nama sebuah pohon, Stevige Koroestige Boom. Dalam bahasa botani disebut Hivia Hospital.
- Pohon Bitung bahasa Indonesianya merupakan Pohon Keben.
Foto Lambang Kota Bitung yang memiliki arti :
Bentuk, warna dan bagian-bagian lambang :
Lambang Daerah berbentuk segi lima, bis luar berwarna merah dengan warna dasar biru laut.
Di tengah lambang terdapat gambar setangkai daun pohon bitung berjumlah 17 helai berwarna hijau, dihubungkan oleh 8 lingkaran kecil berbis hitam dengan setangkai mayang bunga kelapa yang belum mekar berjumlah 45 berwarna kuning emas. Di tengahnya terdapat sketsa yang terdiri dari :
Dua ekor ikan berwarna perak
Sebuah jangkar kapal berwarna perak
Sebuah bangunan industri
Sebuah bangunan kantor pemerintahan
Sebuah bangunan perdagangan
Seekor burung Manguni berwarna hitam
Gunung Duasudara berwarna hijau.
Di bagian bawah terdapat pita putih berbis merah bertuliskan Kota Bitung.Arti gambar-gambar pada lambang daerah :
Bentuk segilima lambing daerah mengartikan bahwa Pancasila sebagai Dasar NKRI dan sebagai falsafah dan pedoman hidup, mendasari dan menjiwai segala segi kehidupan.
Setangkai daun pohon bitung. Sejarah nama Kota Bitung diambil dari nama pohon bitung. Jumlah helai daunnya 17 melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Lingkaran kecil berjumlah 8 buah melambangkan bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Setangkai mayang bunga kelapa yang belum mekar berjumlah 45 simbol tahun Proklamasi Kemerdekaan, juga tanda kemakmuran, kemurnian dan keluhuran masyarakat dalam mencapai cita-cita adil dan makmur.
Dua ekor ikan warna perak melambangkan kekayaan laut Bitung, sebagai penghasil dan pengekspor ikan.
Sebuah jangkar kapal menggambarkan Bitung sebagai Kota Pelabuhan yang menjadi gerbang utama melalui laut.
Bangunan industri melambangkan dimensi Kota Bitung dengan ditetapkannya sebagai pusat kawasan industri Sulawesi Utara.
Bangunan kantor pemerintah bermakna bahwa semua potensi yang ada merupakan tanggung jawab pemerintah dalam menjalankan pemerintahan secara efektif dan efisien bagi kepentingan pembangunan daerah.
Bangunan perdagangan lambang dimensi lain dari Kota Bitung yang sangat menentukan dinamika kehidupan perekonomian.
Gambar Gunung Duasudara dengan warna hijau melambangkan letak geografis Kota Bitung yang berada di kaki Gunung Duasudara yang subur.
Burung Manguni symbol keperkasaan, kewaspadaan danmewarisi nilai-nilai budaya dengan semangat Mapalus.Penjelasan warna :
Biru Laut : Simbol ketenteraman, kebahagiaan, kesetiaan, kehormatan, keluhuran dan simbol Kota Bitung sebagai Kota Pelabuhan.
Kuning : Simbol kemakmuran, kejayaan dan kemurnian dalam melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya terhadap Bangsa dan Negara.
Hijau : Simbol kesuburan alam senagai potensi kehidupan masyarakatnya dalam mendukung pembangunan
Perak : Simbol kejayaan dan kemegahan daerahnya.
Putih : Simbol kesucian hati, citra yang bersih dalam menjalankan tugas.
Merah : Simbol keberanian dan jiwa perwira untuk membela Bangsa dan Negara.
Hitam : Simbol sifat persatuan dan kesatuan
Foto Monumen Ikan Cakalang yang terletak di Daerah Kota Bitung. Cakalang memang identik dengan Sulawesi Utara pada umumnya dan Kota Bitung khususnya, karena di kota pelabuhan ini banyak terdapat pabrik pengalengan yang cukup besar untuk mengolah daging Cakalang ataupun Tuna segar untuk di eksport keluar negeri.
Io butul itu jadi torang musti bangga lantarang kota bitung torang pe tanah kelahiran
Torang samua basudara
July 12, 2016 at 1:10 AM
Io butul itu jadi torang musti bangga lantarang kota bitung torang pe tanah kelahiran
Torang samua basudara
July 12, 2016 at 1:10 AM
Kita le mo post pa kita p blog ne boleh to?? ?
October 11, 2018 at 4:31 AM
Kenapa tidak tertulis distrik Tonsea onderdistrik kauditan
May 14, 2019 at 11:48 AM
Post a Comment
thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.