Desa Tawaang, Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan memang memiliki sejarah yang sangat berliku, tapi tahukah anda kalau sebenarnya Tawaang itu merupakan sebuah tanaman khas Minahasa yang menandakan batas Tanah.
Sejarah kisah berdirinya Desa Tawaang dimulai sekitaran tahun 1700-an. Pada saat itu Desa Tawaang
mula -mula mempunyai penduduk sekitar 15 kepala keluarga atau sekitar 125 orang yang datang
dari berbagai daerah di Minahasa dan Mongondow.
Tapi penduduk Desa Tawaang pernah tercatat mengungsi ke tempat sebelah timur Desa Tawaang yang tepatnya berada 500 meter diseberang sungai/ kuala Tongop. Ini dilakukan oleh Penduduk mula -mula desa Tawaang sekitaran 1880 dikarenakan pada saat itu pernah terjadi bencana banjir yang sangat besar yang memporak - porandakan Kampung dan semua isinya termasuk Rumah dan perabotan orang Tawaang mula -mula.
semenjak mengungis akibat banjir maka diceritakan bahwa masyarakat Desa Tawaang menempati
tempat pengungsian sangat lama di tempat pengungsian sebelah timur desa Tawaang. di tempat pengungsian orang Tawaang mula -mula juga terdapat pula kelompok
masyarakat yang tinggal disuatu tempat kira-kira berjarak 3 Km dari tempat
pengungsian masyarakat Tawaang yaitu masyarakat Tumotowa. Kehidupan kedua kelompok ini
sangat mempunyai hubungan erat karena sering bersosialisasi antar kelompok dan walaupun hidup terpisah karena berbeda kelompok akan tetapi mereka merasakan
mereka adalah satu.
Pada suatu ketika masyarakat Desa
Tawaang mula - mula yang di pengungsian dan Tumotowa dijangkiti virus penyakit yang sangat misterius dan mengkhawatirkan, sehingga banyak masyarakat Desa yang
meninggal. Maka setelah dilakukan perundingan dar tetua kampung di Pengungsian dengan mempertimbangkan lokasi Pengungsian dan penyakit yang melanda orang Tawaang mula -mula maka diputuskan bahwa penduduk Tawaang di Pengungsian akan kembali lagi ke lokasi Desa Tawaang yang sebenarnya sebelum terena banjir. kejadian kembalinya penduduk ke Desa mula -mula sekitaran tahun 1918.
dan perpindahan Kembalinya orang Tawaang ke lokasi Desa Sebenarnya kemudian diikuti oleh orang Tumotowa. ini dikarenakan orang Tumotowa memiliki hubungan pertalian erat dengan orang Tawaang sewaktu di pengungsian. maka jadilah Desa tawaang ini memiliki penduduk tambahan orang Tumotowa.
Pada tahun 1920 semua masyarakat
Desa Tawaang dan masyarakat Desa Tumotowa sudah menyatu dan tinggal di Desa
Tawaang sampai sekarang ini. Masyarakat Tumotowa yang bergabung dengan
masyarakat Desa Tawaang berjumlah 40 KK atau sekitar 200 orang. Dan pada waktu
itu Desa Tawaang sedah mempunyai Hukum Tua / Kepala Desa atau Pemerintahan sendiri dan yang mejadi Hukum
Tua yang pertama adalah HENDRIK MANOREK melalui
proses pemilihan Hukum Tua. Kemudian di gantikan oleh
DEREK KELUNGpada pemilihan Hukum Tua tahun 1930.
Pada masa kepemimpinan Hukum Tua THIOTITUS TAMPONGANGOI terjadilah
perang Dunia II (PD. II) Jepang menduduki Minahasa pada tanggal 11 Januari 1942
termasuk Desa Tawaang. Kehidupan masyarakat saat itu pada umumnya mulai
tertindas, masyarakat dipaksa menanam kapas dibawa pengawasan tentara Jepang.
Pada tahun 1943, tentara Jepang membangun lapangan terbang (lokasi pantai Arakan sekarang ini) dalam
pembangunan tersebut tentara Jepang mengerahkan sekitar 2000 orang setiap hari dan
selesai pada tahun itu juga (1943). Pada tahun 1944 pesawat pembom tentara
Sekutu datang mengempur dan membomkan di lapangan terbang tersebut sehingga
hancur lebur.
Pada waktu Proklamasi Kemerdekaan RI
17 Agustus 1945, masyarakat masih berada dalam pengungsian. Setelah pasukan
Jepang ditarik dari Desa Tawaang, masyarakat Desa Tawaang kembali ke Desa
Tawaang kira-kira pada bulan Oktober 1945.
begitulah kira - kira sejarah singkat dari Desa Tawaang dari awal mulanya masyarakat berkumpul di tawaang hingga sekarang ini.
sumber tawaang.blogspot.com
Post a Comment
thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.