sob, ini memang agak jauh dari desaku Tanawangko. tapi berhubung masih satu kabupaten Minahasa maka tidak apa2lah untuk dibahas. desa ini memang terkenal dengan sentra kerajinan bangku dan kadera/kursi sekolah. jika anda lewat di tempat ini pasti udaranya berbau telur busuk ini dikarenakan belerang yang keluar dari perut bumi. berdasarkan beberapa tahun lalu sewaktu melakukan ret2 di desa leilem tepatnya di kediaman mantan wakil gubernur yang berpostur agak pendek penulis merasakan susahnya bernafas di daerah tersebut. otherwise semuanya baik. untuk itu setelah mencari di om google maka berikut sepenggal kisah desa leilem yang diambil dari ddesaleilem.wordpress.com.
Pada mula pertama si Rorimpandei yang terkenal membuka negeri di Minahasa pada jaman dahulu diperintah oleh kepala Walak (Ketua Adat) Sonder yang bernama Keintjem untuk membuka negeri disebelah timur.
Setelah mendapat perintah maka berangkatlah mereka (Rorimpandei, Ponto, Sembor dan Timbuleng) ke timur maka sampailah mereka pada suatu tempat yang boleh dijakdikan/dibuka untuk negeri/kampong, karena disitu diapit oleh dua buah sungai (disebelah Barat desa Leilem sekarang/Perkebunan Los).
Kemudian beberapa hari mereka melihat kedua sungai itu hanya menjadi kering, maka terpaksa mereka mencari tempat lain, lalu mereka berangkat menuju keselatan dengan mendaki gunung mendaki sungai yang ada dibelah selatan.
Ditengah jalan mereka sudah merasa haus akan tetapi mereka tidak dapat air untuk dimunum, maka mereka meminta air melalui opo-opo dengan berdoa, permintaan mereka dikabulkan lalu tempat itu dinamakan oleh mereka Rano Mokey (Air yang diminta), tempat air itu berbentuk suatu kolam kecil (Sumur Kecil) bahasa Tontemboan disebut wunong, itulah sebabnya disekitarnya dinamakan Wunong, sampai sekarang kolam/sumur itu masih ada.
Sesudah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju keatas (kaki gunung Lengkoan)sampai diatas mereka beristirahat dan mereka membuat kursi yang terbuat daribatu yang disebut batu Kadera, sampai sekarang ini batu itu masih ada.
Sesudah itu mereka meneruskan perjalanan, dalam perjalanan mereka selalu diikuti oleh burung manguni (Warak)/burung hantu, maka sampailah mereka pada suatu sungai yang dimuaranya bertumbuh sebuah Pohon besar yang bernama Leilem, dari situ mereka mengikuti sungai mencari tempat yang boleh dijadikan Negeri/Kampung.
Maka sampailah mereka pada suatu tempat yang rata (disekitar watu Tumotowa sekarang), karena ditempat itu boleh dijadikan perkampungan maka mereka mencari batu sebagai tanda yang disebut Watu Tumotowa (Batu pemanggil) sampai sekarang batu itu masih ada dan terpelihara .
Mulai pada waktu itu Negeri yang mereka buka, mereka namakan Leilem yang terambil dari Pohon yang ada dimuara sungai yaitu Pohon Leilem dan sungai yang berasal dari Pohon itu mereka namakan sungai Leilem, sampai sekarang sungai itu masih ada.
Yang pertama-tama pemimpin :
Tonaas : Timbuleng
Pamatuan : Ponto
Kamarua : Sembor
sebagai iformasi juga kalau di desa Leilem terdapat desa dengan arsitektur barat dan sangat indah,., semoga saja iman2 orang di desa Leilem seindah Bangunan Gerejanya dan bukannya sebusuk udaranya,., peace
gereja di desa leilem
penyebab bau busuk di desa Leilem
pabrik meubel di Leilem
Post a Comment
thanks so baca,. tertarik? kase komen dang,.